Kamis, 27 Februari 2014

Artikelku di Suara Merdeka "Tumang Melawan Resistensi"



TUMANG MELAWAN RESISTENSI
Oleh: Wiranto


Kini Tumang telah berevolusi menjadi sebuah Desa Wisata yang mampu menghidupi warganya melalui industri kerajinan Tembaga dengan omzet 1,2 milyar perharinya (Narwandi, 2013). Meski sempat terseok-seok pada saat krisis moneter sekitar tahun 1998, dimana harga Tembaga sempat membumbung tinggi, pengrajin Tumang masih bisa bertahan hingga saat ini. Tercatat ada 300 orang pengrajin yang masih aktif hingga kini dan terbagi dalam 50 kluster (Mansur, 2013).
Tumang mulai dikenal dalam lingkup nasional dan internasional sejak pengrajin  melakukan inovasi produk-produknya pada tahun 1980-an. Pada awal perkembangannya tahun 1970-an, produk Tumang didominasi perlengkapan rumah tangga sederhana yang berkesan tradisional. Kini produk-produk yang dihasilkan cenderung fungsional dan  dekoratif bermuatan estetis berkesan kontemporer dengan nilai jual tinggi.

Artikelku di Suara Merdeka "Setop, Premanisme Guru"



SETOP, PREMANISME GURU!
Oleh: Wiranto

Lagi, sebuah tayangan kekerasan yang dilakukan guru terhadap anak didiknya muncul dalam sebuah pemberitaan di sebuah televisi swasta. Seorang guru (?) berambut gondrong, asap rokok sesekali berhembus dari bibirnya, dengan ringan tangan memukul kepala anak didik ketika mereka tidak bisa menjawab pertanyaan. Kejadian ini menambah episode kekerasan yang telah ada sebelumnya. Sungguh sebuah perilaku yang menciderai citra guru sebagai seorang pendidik. Inilah  guru preman yang selalu “kehabisan metode” dan lebih mengedepankan kekerasan dalam menyelesaikan setiap persoalan dalam pendidikan.