Jumat, 24 Januari 2014

MENYEMAIKAN OTAK KANAN DI SEKOLAH



Pembelajaran di sekolah ternyata menyisakan ruang sunyi bagi kreatifitas, khususnya bagaimana sekolah mampu menciptakan pelajar-pelajar yang kreatif. Padahal sumbangan kreatifitas bagi bangsa ini tidaklah kecil. Kiprah para pemuda kreatif dengan ekonomi kreatifnya mampu menyumbang 7,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara ini pada tahun 2009. Bahkan sektor ini mampu menyerap lebih dari 7 juta tenaga kerja. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu bahkan menganggap penting ekonomi yang dimotori oleh kreativitas ini, karena dianggap sebagai sumber daya terbarukan dan mengandalkan ide sehingga tidak akan ada habisnya untuk dikembangkan di masa depan. Namun demikian, harapan ini akan pupus jika saja sekolah sebagai tempat pendidikan para pelajar kreatif tidak mendukung pengembangan kreativitas. Lebih parah lagi, jika sekolah malah mengkerdilkan arti kreatifitas dan membuat siswanya tidak kreatif. 


Bagaimana caranya?
Budaya sekolah mesti diarahkan untuk membangkitkan potensi kreatif para siswa. Guru-guru didorong untuk berani mengambil inisiatif kreatif dalam pembelajaran yang dilakukannya. Iklim yang mendukung siswa agar bisa menjadi lebih kreatif perlu dikembangkan seperti; siswa diberikan kebebasan dalam menyatakan pendapat dan perasaannya tanpa merasa takut mendapat ancaman dari guru. Fantasi dan imajinasi anak tidak diterima secara negatif, bahkan kedua kemampuan tersebut dibiarkan berkembang melalui pemberian fasilitas secukupnya. Sekolah mesti memperbanyak kegiatan-kegiatan kreatif yang melibatkan siswa sehingga mereka mampu menyalurkan hasrat kreatif mereka sekaligus melatih mereka untuk mengapresisai karya kreatif siswa yang lain.
Semangat dasar yang perlu dikedepankan dalam lingkungan sekolah adalah bagaimana pendidik bisa melihat siswa-siswi sebagai sebuah pribadi yang utuh dengan segala bakat, minat dan kemampuannya. Oleh karena itu, memandang siswa sebagai subyek akan lebih memberikan dampak positif dalam pengembangan kreatifitas daripada melihat mereka sebagai obyek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar