Tahun 2008 Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pernah meluncurkan program bernama Getuk Nasional atau Gerakan Tunas Kewirausahaan Nasional. Program ini dimaksudkan untuk memobilisasi remaja-remaja SMA agar menjadi wirausaha sekaligus menanamkan jiwa kewirausahaan sejak dini. Apa nilai pentingnya?
Umum diketahui, kesejahteraan
penduduk di suatu negara sangatlah dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi
yang dipicu oleh kiprah pelaku wirausaha. Dalam sebuah negara yang besar angka
pelaku wirausahanya, tingkat pengangguran juga semakin rendah karena banyaknya
lapangan pekerjaan yang mampu disediakan kaum wirausaha ini.
Menurut pengusaha sukses Ciputra, Indonesia pada saat ini baru memiliki
sekitar 400 ribu wirausahawan atau sekitar 0,18 % dari total penduduk
Indonesia. Sebagai perbandingan, di Singapura jumlah wirausahawan mencapai 8,5%
dari jumlah penduduk, di Uni Eropa jumlah wirausahawan mencapai 8,0% sedangkan
di Amerika Serikat 15,0%. Apabila di Indonesia terdapat wirausaha sejumlah 2% saja
dari jumlah penduduk, maka jumlah pengangguran akan menurun secara signifikan. Bisa
disimpulkan, upaya untuk menanamkan jiwa wirausaha sejak dini kepada siswa SMA
di sekolah dalam jangka panjang akan memberikan kontribusi terhadap
kesejahteraan bangsa ini.
Sayangnya, budaya yang terbangun di sekolah selama ini cenderung memangkas
habis potensi wirausaha anak didiknya. Bob Sadino, menunjuk ketidakmampuan sekolah
menyemai jiwa wirausaha ini sebagai biang kerok minimnya bakal wirausahawan
kampiun di negara ini. Sistem sekolah telah memandulkan kebebasan anak didik
untuk mengembangkan dirinya sendiri secara utuh, hingga berimbas pada munculnya
rasa takut dan pikiran terbelenggu.
Lihat saja bagaimana jiwa wirausaha sejak SMA ini sempat mengantar Bill
Gates menjadi orang terkaya di dunia. Juga sukses Elang Gumilang, seorang
pengembang perumahan sukses dengan berbagai penghargaan yang memulai usaha kala
duduk di bangku SMA dengan berjualan donat.
Tak Melulu Soal Duit dan Profit
Sejatinya kewirausahaan tidak hanya bersinggungan dengan persoalan profit
semata, atau malah mengajari anak didik untuk gila harta dan miskin etika. Meski
akhirnya siswa tak terjun dalam dunia usaha, banyak sikap-sikap mental positif
yang berguna bagi kesuksesan hidup dapat ditumbuhkan melalui upaya ini.
Mengutip Geoffry G. Meredith (1996),
karakteristik generasi yang bisa dituai lewat penanaman jiwa wirausaha adalah;
Pertama, generasi yang berorientasi pada tugas dan hasil. Generasi
ini memiliki kebutuhan besar untuk berprestasi. Orientasi yang besar pada hasil
membuat generasi ini tidak mudah putus asa atau berkeluh kesah. Kedua, generasi yang berani mengambil resiko
dan tak takut salah. Inilah generasi yang cerdas dan berani keluar dari zona
nyaman untuk memasuki wilayah baru. Generasi ini tahu betul akan kemampuan yang
ia miliki untuk mengambil resiko yang wajar dalam menghadapi tantangan.
Ketiga, generasi yang memiliki
jiwa kepemimpinan. Kewirausahaan mengajarkan anak didik kepemimpinan, keputusan
apa yang mesti mereka ambil pada situasi tertentu, dan juga antisipasi apa yang
mesti mereka lakukan. Keempat, generasi
yang berorientasi ke masa depan, tak hanya kepentingan-kepentingan jangka
pendek yang tak ada artinya.
Inilah nilai maha penting dari jiwa wirausaha yang perlu ditanamkan
kepada anak didik sejak dini melalui dunia pendidikan. Namun, beranikah
sekolah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar